Sunday, May 25, 2014

POTENSI PARIWISATA DI JALUR KERETA API NON AKTIF BANJAR - CIJULANG

Jalur Banjar Cijulang adalah salah-satu dari sekian banyak jalur Kereta Api yang sudah tidak aktif lagi, namun disadari atau tidak keberadaan jalur ini sejak awal memang lebih diutamakan untuk tujuan pariwisata, maka tak heran apabila hingga saat ini bahkan 28 tahun setelah kereta api terakhir melewati jalur ini pesona alamnya yang luar biasa tetap terpancar. Jalur cabang dari lintas utama Bandung – Yogyakarta yang memulai percabangannya di stasiun Banjar ini merupakan suatu hasil karya yang luar biasa, bagaimana tidak ? dalam jalur ini anda dapat menjumpai 4 (empat) terowongan kereta api, dari yang terpendek 128 meter hingga yang merupakan terpanjang di Indonesia  terowongan Wihelmina sepanjang 1208 meter. Selain itu pada jalur ini beberapa struktur jembatan baja yang cukup panjang dan tinggi, terlebih salah satunya, jembatan ciputrapingan, terletak tepat di tepi lautan Hindia.





Jalur cabang Banjar-Cijulang merupkan salah satu jalur kereta api ringan yang dibangun pemerintahan colonial Belanda untuk keperluan militer (menjaga Teritori wilayah selatan Jawa Barat, pengangkutan hasil perkebunan terutama Kopra, serta jalur wisata mengingat pemandangan dan eksotisme alamnya yang luar biasa. Setelah kurang lebih 60 tahun digunakan sejak pertama kali dibuka, akhirnya pada tahun 1986 jalur ini menyerah pada okupansi angkutan jalan raya yang letaknya bersebelahan dengan jalur rel Kereta Api terutama moda angkutan bis, hal tersebut diperparah oleh minimnya pendapatan dari jalur ini terlepas dari selalu padatnya kereta api yang melintas di jalur ini, sebagian besar dari mereka tidak membeli tiket sehingga memperparah keadaan.



Salah satu daya tarik jalur cabang ini berada di terowongan Wihelmina, terowongan kereta api sepanjang 1208 meter ini berada tepat di bawah perbatasan desa Emplak dan Desa Bagolo. Untuk menuju ke terowongan ini serta terowongan Juliana yang berada 1 km di sebelah utara terowongan Wihelmina ini, kita harus menuruni perbukitan curam tanpa jalan setapak, hanya melewati selokan air kecil dari perbatasan desa, hingga bertemu beberapa air terjun sebelum kemudian menemukan mulut terowongan yang tampak hanya memiliki setitik cahaya diujungnya.

Selain itu kita dapat turun ke muara sungai Cipanerekean untuk melihat sisa-sisa struktur jembatan Ciputrapinggan / Cipanerekean yang terdiri dari konstruksi beton dan baja tepat di tepi Samudra Hindia selain pemandangan pantai yang belum terjamah diantara Pantai Pangandaran dan Pantai Karapyak.


Jalur ini ditutup dalam dua tahap, tahun 1984 jalur Pangandaran-Cijulang ditutup terlebih karena kondisi jalur yang tidak layak lagi untuk dilalui, bantalan lapuk, badan jalan yang rusak, jembatan yang berkurang daya dukungnya dan banyak hal lainnya, dua tahun kemudian menyusul jalur Banjar – Pangandaran ditutup sehingga keseluruhan jalur efektif ditutup pada tahun 1986. Angin segar mulai muncul pada tahun 1996 ketika pemerintah mensubsidi pembangunan kembali jalur ini untuk kepentingan wisata, namun sayang, ketika pembangunan kembali rel baru sampai stasiun Banjarsari, krisis moneter dan kepemimpinan menyergap sehingga proyek ini terhenti. Sempat ada beberapa kereta lalu lalang hingga Banjarsari menggunakan lokomotif kecil seri D 301 dan BB 300, jalur ini kembali terbengkalai bahkan hampir musnah ketika gelombang penjarahan rel dan jembatan dimulai tepat setelah masa reformasi.





2 comments:

  1. Saya pada akhir Juni ini berkesempatan menelusuri jalur kereta api non-aktif Banjar - Pangandaran. Sayang sekali saya tidak dapat mendatangi jembatan Ci Putrapinggan. Untuk mencapai ke sana melalui jalur mana?

    ReplyDelete
  2. saat ini Jembatan Ciputrapinggan / Cipanerekean telah musnah dijarah, hanya menyisakan pilar betonnya saja, untuk mencapai jembatan ini bisa melalui bukit dibelakang rumah makan pertama yang anda jumpai tepat dikiri jalan setelah melalui kawasan hutan produksi wilayah emplak. untuk tepatnya agak susah dijelaskan karena tidak ada petunjuk alam yang dapat dipergunakan selain jembatan kecil di jalan raya Banjar Pangandaran tepat sehabis kawasan Emplak, apabila berminat, rekan dari IRPS Bandung beberapa bulan kedepan akan mengadakan tracking di jalur tersebut, mungkin dapat menghubungi sdr. Ario Wibisono SH. di 081223691983

    ReplyDelete