Wednesday, September 17, 2014

Dipo Lokomotif Bandung

Dipo lokomotif di suatu daerah operasi tidak hanya merawat lokomotif milik dipo tersebut, namun juga merawat lokomotif milik dipo lain. Hampir di setiap daerah operasi, setidaknya ada satu dipo lokomotif induk yang memiliki lokomotif-lokomotif besar, seperti lokomotif CC201, CC203, bahkan CC204. Tidak hanya lokomotif besar ataupun baru yang ada. Bahkan beberapa dipo lokomotif memiliki lokomotif langka dan lokomotif tua. Seperti di Dipo Lokomotif Cirebon yang memiliki lokomotif CC200. Tidak hanya lokomotif yang lengkap, tetapi fasilitas-fasilitas penunjang yang lengkap pula, seperti turn table (pemutar rel) yang berfungsi untuk memutar lokomotif. Ada pula dipo lokomotif yang memiliki kereta derek (crane) yang suatu saat dibutuhkan jika terjadi PLH (peristiwa luar biasa). Dipo lokomotif ini tersebar di pulau Jawa maupun di pulau Sumatra.

Dipo Lokomotif Bandung terletak di Jalan HOS Cokrominoto, Bandung, persis di sebelah barat Stasiun Bandung. Dipo ini disebut sebagai dipo lokomotif terlengkap di Indonesia dan tempat dinasan bagi kereta api baik penumpang atau barang tujuan ke Bandung dan berangkat dari Bandung. Dari armada, dipo ini memiliki lokomotif diesel elektrik (CC201, CC203, CC206), lokomotif diesel hidraulik (BB300, dan BB301), KRD, KRDE, dan kereta derek (crane). Selain itu, dipo ini juga memiliki KRD Rail One. Dipo ini adalah dipo terbesar di Indonesia dan hampir banyak mempunyai lokomotif seperti CC 203.



Friday, July 4, 2014

Indonesian Railways in Black and White

Jembatan Kereta api terpanjang di Indonesia
Jembatan Cikubang

Jembatan Cikubang merupakan jembatan kereta api terpanjang di Indonesia, jembatan sepanjang 320 meter ini ditopang olah 12 pilar baja. Jembatan ini terletak di Desa Cikubang Kecamatan Cikalong Wetan, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat.

Jembatan Cikubang mulai digunakan sejak tahun 1906 dan saat ini masih kokoh berdiri dengan tinggi dari titik terdalam sekitar 82 meter. Inilah jembatan kereta api struktur baja dengan bentang terpanjang di Indonesia. Penambahan struktur jembatan berupa lengkungan baja bentuk busur pada rangka bawah jembatan dilakukan pada awal tahun 1950 an. Penguatan tersebut bertujuan untuk meningkatkan Rencana Muat (Tonase Muat) menjadi 13 ton seiring dengan mulai didatangkannya lokomotif diesel elektrik pertama di Indonesia (CC 200 series).







Wednesday, July 2, 2014

Sunday, May 25, 2014

Jelajah Terowongan Sasak Saat

Kereta api saat ini bukan hanya sebagai alat transportasi yang dapat mengantarkan kita dari satu tempat ke tujuan yang kita hendaki saja, namun terlebih lagi kereta api saat ini telah menjadi salah satu sarana rekreasi ataupun hanya sabatas pelepas kepenatan di tengah beratnya kehidupan saat ini.
Tanpa kita sadari banyak sekali tempat dan kehidupan yang dapat kita lihat dan nikmati sepanjang perjalanan menggunakan kereta api. Dan diakui atau tidak terkadang salah satunya dapat membuat kita tersenyum, tertawa atau bahkan takjub ketika disuguhi pemandangan alam yang luar biasa.

POTENSI PARIWISATA DI JALUR KERETA API NON AKTIF BANJAR - CIJULANG

Jalur Banjar Cijulang adalah salah-satu dari sekian banyak jalur Kereta Api yang sudah tidak aktif lagi, namun disadari atau tidak keberadaan jalur ini sejak awal memang lebih diutamakan untuk tujuan pariwisata, maka tak heran apabila hingga saat ini bahkan 28 tahun setelah kereta api terakhir melewati jalur ini pesona alamnya yang luar biasa tetap terpancar. Jalur cabang dari lintas utama Bandung – Yogyakarta yang memulai percabangannya di stasiun Banjar ini merupakan suatu hasil karya yang luar biasa, bagaimana tidak ? dalam jalur ini anda dapat menjumpai 4 (empat) terowongan kereta api, dari yang terpendek 128 meter hingga yang merupakan terpanjang di Indonesia  terowongan Wihelmina sepanjang 1208 meter. Selain itu pada jalur ini beberapa struktur jembatan baja yang cukup panjang dan tinggi, terlebih salah satunya, jembatan ciputrapingan, terletak tepat di tepi lautan Hindia.

Tuesday, May 20, 2014

Photo By Ario Wibisono









Photo By Tantra Madhyasta Pradhana


Lokomotif CC 203
CC 203  @Cimeta
Jembatan Kali Progo
Prambanan Express di atas Kali Progo

Rel Cimale Bandung Barat
KA Serayu @Cilame - Bandung Barat

Photo By Tantra M. P.
CC 204 @Dipo Bandung

Photo By. Tantra. M. P
KA Lokal @Cibatu - Leles Garut

CC 203 - 201 @Dipo Bandung

CC 204 @Kebasen

KA Serayu @Cilame - Bandung Barat

Monday, May 19, 2014

Masa Kemerdekaan Republik Indonesia


 Setelah proklamasi kemerdekaan, Pemerintah Republik Indonesia harus segera mengambil alih kekuasaan kereta api dari Jepang. Di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta pengambil alihan kekuasaan kereta api dari Jepang dilakukan pada tanggal 20 Agustus 1945. Di Jakarta dan Jawa Barat dilakukan tanggal 04 September 1945 dan hasil pengambil alihan kekuasaan kereta api di Jakarta dan Jawa Barat ini disebar luaskan dengan surat kawat ke seluruh Jawa. Pengambil alihan Balai Besar Kereta Api di Bandung dilakukan tanggal 28 September 1945, yang kemudian tanggal tersebut dikukuhkan dan diperingati seyiap tahun sebagai HARI KERETA API INDONESIA. Di Jawa Timur dan Aceh dilakukan tanggal 30 September 1945. Di Sumatera Selatan dan Lampung dilakukan pada tanggal 01 Oktober 1945. Di Sumatera Barat dilakukan pada tanggal 01 Oktober 1945. Di Sumatera Utara dilakukan tanggal 03 Oktober 1945. Setelah perusahaan kereta api negara (SS) dan perusahaan kereta api swasta (VS) diambil alih dari Jepang, selanjutnya berdasarkan Maklumat Kementerian Perhubungan Republik Indonesia Nomor 1/KA/ tanggal 23 Oktober 1946 perusahaan kereta api dikelola oleh Djawatan Kereta Api Republik Indonesia (DKARI).
Pada masa perjuangan revolusi fisik dengan datangnya kembali Belanda bersama sekutu, kekuasaan kereta api terpecah dua. Di daerah-daerah yang dikuasai oleh Republik, kereta api dioperasikan oleh DKARI. Sedangkan di daerah-daerah yang diduduki kembali oleh Belanda, kereta api dioperasikan oleh SS dan VS.

Masa Pemerintahan Bala Tentara Jepang



Pada tanggal 8 Maret 1942, Pemerintah Hindia Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang. Perusahaan kereta api negara (SS) dan 12 perusahaan kereta api swasta (VS) pengelolaannya disatukan oleh Pemerintah. Pendudukan Jepang dan berkantor pusat di Balai Besar Kereta Api di Jalan Gereja Nomor 1 Bandung (sekarang Jalan Perintis Kemerdekaan Nomor 1 Bandung). Kereta api di Jawa dikuasai oleh Angkatan Darat Jepang diberi nama RIKUYU SOKYUKU dan dibagi dalam tiga daerah eksploitasi, yaitu
  1. Seibu Kyoko di Jawa Barat;
  2. Chubu Kyoko di Jawa Tengah;
  3. Tobu Kyoku di Jawa Timur.
Kereta api di Sumatera dikuasai oleh Angkatan Laut dan dibagi dalam tiga daerah eksploitasi, yaitu :
  1. Nanbu Sumatora Tetsudo di Sumatera Selatan termasuk Lampung;
  2. Seibu Sumatora Tetsudo di Sumatera Barat; 
  3. Kita Sumatora Tetsudo di Aceh dan Sumatera Utara.

Masa Hindia Belanda


Kereta api mulai diperkenalkan di Indonesia, pada masa penjajahan Belanda, oleh sebuah perusahaan swasta Belanda, NV. Nederlandsch Indische Spoorweg Mij (NISM), pada tahun 1864. Jalur kereta api pertama dibangun pada 17 Juni 1864, yakni jalur antara Kemijen—Tanggung di daerah sekitar Semarang, sepanjang 26 Km. Jalur tersebut diresmikan oleh Gubernur Jenderal L.A.J Baron Sloet Van Den Beele. Pada tanggal 18 Februari 1870, NISM meneruskan  pembangunan jalur tersebut, dan membukanya untuk umum dengan lintas;  Semarang – Solo – Yogyakarta.
Tanggal 10 April 1869, pemerintah Hindia Belanda mendirikan Staats Spoor (SS) dan membangun lintasan Batavia—Bogor. Tanggal 16 April 1878, perusahaan negara ini membuka jalur Surabaya—Pasuruan, dan pada tanggal 20 Juli 1879 dibukalah jalur Bangil—Malang. Pembangunan terus berjalan hingga ke kota-kota besar seluruh Jawa terhubung oleh jalur kereta api. Selain di pulau Jawa,  Staats Spoor juga mulai membangun jalur kereta api di luar Jawa seperti di Sumatera dan sulawesi, pada tanggal 12 Nopember 1876, Staats Spoorwegen membangun jalur Ulele—Kutaraja (Aceh). Selanjutnya lintasan Palu Aer—Padang (Sumatera Barat) pada Juli 1891, lintasan Telukbetung—Prabumulih (Sumatera Selatan) tahun 1912, dan  membangun jalur Makasar—Takalar (Sulawesi) pada tanggal 1 Juli 1923. Di Sumatera Utara, NV. Deli Spoorweg Mij juga membangun lintasan Labuan—Medan pada tanggal 25 Juli 1886.

Sejarah Panjang Kereta Api Indonesia


Sejarah perkeretaapian sama seperti sejarah alat transportasi umumnya yang diawali dengan penemuan roda. Mulanya dikenal kereta kuda yang hanya terdiri dari satu kereta (rangkaian), kemudian dibuatlah kereta kuda yang menarik lebih dari satu rangkaian serta berjalan di jalur tertentu yang terbuat dari besi (rel) dan dinamakan trem. Kereta seperti ini juga digunakan di daerah pertambangan dimana terdapat lori yang dirangkaikan dan ditarik dengan tenaga kuda.

Setelah James Watt menemukan mesin uap, Nicolas Cugnot membuat kendaraan beroda tiga bertenaga uap. Orang-orang menyebut kendaraan itu sebagai kuda besi. Kemudian Richard Trevithick membuat mesin lokomotif yang dirangkaikan dengan kereta dan memanfaatkannya pada pertunjukan di depan masyarakat umum. George Stephenson menyempurnakan lokomotif tersebut dan memenangi perlombaan balap lokomotif untuk kemudian digunakan di jalur Liverpool-Manchester. Waktu itu lokomotif uap yang digunakan berkonstruksi belalang. Penyempurnaan demi penyempurnaan dilakukan untuk mendapatkan lokomotif uap yang lebih efektif, berdaya besar, dan mampu menarik kereta lebih banyak.